Chapter 7 : Shy

542 103 11
                                    

Rose menatap geli Minghao yang sedang kesusahan menghadapi member Blackpink, apalagi berkali - kalo dirinya mencoba menghindar dari pelukan Lisa, untungnya Lisa urung setelah melihat tangannya yang diperban. Dirinya menetralkan ekspresinya saat dirasa menatap kearahnya. Tiba - tiba saja dia merasa ingin memeluk eonnienya itu, akan tetapi itu mustahil bukan?

"Ah, apa kau terganggu? Maaf jika memberku membuat keributan disini." Jennie dengan sopan menghampirinya kemudian duduk di kursi yang memang ada disamping bangsal. Rose sendiri gelalapan dibuatnya, rasanya aneh sekali melihat Jennie yang berbicara sopan padanya.

"Ah, seharusnya aku yang minta maaf. Tidak seharusnya aku membiarkan Rose mengemudi." Pernyataan dari rose itu disambut pelototan tak ramah dari Minghao. Karena secara tidak langsung berarti Rose menyalahkannya.

"Kau tidak usah merasa bersalah begitu, ngomong - ngomong apa kau sudah memberi tahu membermu? Kali ini Jisoo yang bertanya, dengan ragu Rose menggelengkan kepalanya.

"Kami tidak bisa menyelamatkan apapun selain diri kita. Bagaimana bisa dia menghubungi membernya?" Celetukan Minghao itu disambut cubitan pelan di perutnya, pelakunya adalah Jisoo.

"Rosie, jangan bersikap sinis begitu." Gumamnya dengan pelan. Sedangkan Rose yang asli lagi - lagi berusaha menahan tawanya, rasakan itu! Batinnya tertawa jahat.

Ah ngomong - ngomong, karena rumah sakit ini adalah milik Ayah Jennie tentu saja member Blackpink bisa langsung tahu kecelakaan yang menimpa salah satu membernya itu.

"Aku akan menghubungi Mingyu untukmu Hao, kau jangan khawatir." Lisa kemudian berlalu dari sana untuk keluar menghubungi Mingyu member Seventeen yang memang paling dekat dengannya.

"Ah, aku akan mengurus ruangan yang lebih besar untuk kalian. Apa kalian ingin ruangan terpisah?" Pertanyaan Jennie itu disambut gelengan serempak dari Minghao dan Rose. Jennie dan Jisoo saling bertatapan kemudian menatap keduanya dengan aneh.

"O-okay, tapi aku menunggu penjelasan kalian. Oke?"

.
.
.

"Aku tisak bisa masuk kesana Hyung!" Dokyeom berujar dengan suara yang serak. Saat ini keduabelas member Seventeen sudah tiba diruang mayat, mereka akan melihat mayat korban tabrakan tadi.

"Jun, kau sudah menghubungi orang tua Minghao?" Pertanyaan dari Joshua itu disambut gelengan lemah dari Jun. Joshua mengangguk, "Aku tahu ini berat, tapi jika Minghao memang korban kecelakaan itu kita harus bisa menerimanya." Kemudian Joshua masuk diikuti Scoups dan juga Jeonghan. Sisanya hanya menatap kosong lantai rumah sakit.

Tak butuh waktu lama untuk ketiganya kembali keluar, kesembilan anggota Seventeen itu sontak saja langsung berdiri. Melihat raut yang ditampilkan oleh ketiganya sontak saja membuat kesembilannya mencelos. Bahkan Dino sudah mengeluarkan isakannya.

"Kita harus menunggu hasil autopsi, mayat itu sudah hancur. Wajahnya sama sekali tidak bisa dikenali."

"Otopsi akan dilakukan jika keluarga pasien setuju, kita harus segera menghubungi keluarga Minghao." Final Scoups. Keheningan memecah mereka semua sampai nada dering dari ponsel milik Mingyu berbunyi, semuanya menatap Mingyu menyuruhnya untuk mengangkat panggilan. Mingyu sendiri pamit dan langsung menjauh dari para membernya.

"Yeobseo, Lisa-ya?"

Disebrang sana Lisa menyerit mendengar suara Mingyu yang terlampau parau itu. "Kau sedang menangis?

Pertanyaan Lisa itu entah kenapa makin membuat Mingyu emosional, dirinya mati - matian menahan air matanya dan kembali untuk mencoba berbicara dengan benar. "Ah tidak, apa ada hal penting? Kau jarang menghubungiku duluan."

SWITCH ✓Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora