Chapter 8 : satu sama

477 106 2
                                    

Rose dan Minghao sudah keluar dari rumah sakit sejak dua minggu yang lalu, keduanya sekarang sudah bisa kembali beraktifitas seperti biasa. Member Seventeen dan Blackpink juga sudah tau mereka berkencan yang sebenarnya lebih tepat disebut pura - pura berkencan. Hei Minghao tidak pernah menembaknya bagaimana bisa mereka berkencan? Tapi sudahlah.

"Apa kita akan bermalam disana?" Rose bertanya kepada Dokyeom yang memang sedang ada disebelahnya.

Tadi manager Seventeen memberi tahu jika mereka akan pergi ke sebuah pedesaan untuk merekam Going Seventeen. Rose yang mendengar itu entah kenapa tiba - tiba merasa bersemangat. Dia dan Lisa sudah sering menonton acara ini, siapa yang tidak tahu Going Seventeen coba? Walaupun sudah beberapa bulan berada di tubuh Minghao dia belum pernah ikut syuting Going Seventeen. Alasannya karena mereka sedang mempersiapkan comeback jadi mereka memfokuskan pada event dan comeback yang akan datang.

Akhirnya konten andalan Seventeen ini kembali Syuting dan Rose tidak sabar untuk ini.

"Sepertinya iya, katanya kita akan syuting tiga hari dua malam."

Pernyataan dari Dokyeom itu tanpa sadar membuat senyum Rose semakin merekah, dia sangat excited. Dokyeom yang melihat Minghao tersenyum sangat lebar langsung saja merengutkan wajahnya. Dirinya heran karena setahunya Minghao adalah orang yang malas jika harus berpergian seperti ini.

"Biasanya kau akan mengeluh. Jika kau lupa fans menyebut kau tim The Tiredz."

Rose langsung bersikap datar. Dirinya lupa jika Minghao adalah seorang Introvert sedangkan dia adalah seorang Extrovert. "Ah Rose menelpon, aku akan mengangkatnya!" Rose mengambil handphone miliknya disaku berpura - pura menerima panggilan yang sebenarnya tidak tersambung. Bukan tanpa alasan, dirinya tidak mau Dokyeom curiga jika Rose salah menjawab pertanyaan dari Dokyeom kan bisa gawat.

"Yak kau tidak sopan sekali Xu Minghao! Mentang - mentang sudah punya pacar!"

.

"Kau senang sekali dilihat -lihat." Rose menoleh menatap Minghao yang duduk kalem sembari membaca salah satu buku koleksinya.

Dirinya tersenyum lebih lebar lagi. "Aku tidak sabar syuting going Seventeen, katanya kita akan pergi ke sebuah Desa di dekat kaki gunung. Sudah sejak lama aku tidak syuting variety begini tentu saja aku semangat, ngomong - ngomong menjadi dirimu cukup menyenangkan."

Minghao menutup buku yang dia baca kemudian menatap Rose dengan intens. "Hati - hati, jangan lakukan hal konyol nanti." Setelahnya Minghao bangkit menuju dapur, dirinya membuka kulkas dan menuangkan jus apel yang memang tersedia.

Rose sendiri tidak tinggal diam, dirinya mengekori kemudian diam diujung pintu masuk dapur menyandarkan tubuh jangkung Minghao menatap dirinya sendiri meneguk jus dalam gelas hingga tandas.

"Ohooo, dilihat - lihat apartement ini sudah seperti milikmu sungguhan." Sindirnya dengan halus. Minghao hanya menoleh sekilas untuk kemudian mengeluarkan bahan makanan, dia akan membuat masakan China.

"Kau lapar tidak?" Tidak mengubris sindirian halus yang dilontarkan oleh Rose, Minghao malah memberikan pertanyaan. Rose sebenarnya sudah makan pangsit dan pho buatan Mingyu sebelum kesini, akan tetapi itu kan satu jam yang lalu, dan dirinya tidak akan menolak jika diberi makanan, maklum namanya juga Rose.

"Aku akan bermain dengan Hank selagi menunggu." Rose berlalu meningalkan Minghao yang sedang menyiapkan bahan - bahan untuk dia masak.

Satu hal lagi, Sebenarnya Rose tidak suka ada orang yang menyentuh dapurnya, bukan tanpa alasan. Terakhir kali Lisa hampir membakar apartemennya padahal Lisa hanya memasak ramen. Hal itu tentu saja membuatnya trauma, akan tetapi entah sejak kapan dirinya membiarkan Minghao memonopoli dapur bahkan apartemennya.

Rose yang sedang bermain Hank tersentak saat tiba - tiba handphonenya berbunyi. Dirinya melotot panik saat ternyata yang menelponnya adalah Chenle. Ah ngomong - ngomong mereka tidak memakai handhpone masing - masing. Mereka malas ribet memindahkan kontak - kontak, lagi pula hp mereka satu tipe hanya tinggal custom saja sesuai selera.

Rose dengan cepat berlari menuju dapur, dilihatnya Minghao hampir selesai dengan masakannya. Dirinya dengan cepat menoleh saat dirasa ada yang datang.

Minghao hanya menaikan satu alisnya, bertanya apa yang membuat Rose seperti sedang dikejar oleh hantu.

"Chenle menelpon." Ujarnya kelewat panik, panggilan sempat terputus akan tetapi sepertinya Chenle tidak menyerah. "Angkat saja, aktifkan loudspeaker." Rose dengan ragu mengeser tombol hijau dan menggesernya.

"GE KENAPA LAMA SEKALI SIH?!" Keduanya meringis bersamaan begitu mendengar teriakan disebrang sana. Minghao mengkode Rose untuk membalas Chenle sebelum maknae China Line itu semakin mengamuk.

"Ada apa?"

"Ah! Datanglah kerumahku besok, mama dan baba ku baru kembali dari China. Aku juga sudah mengabari Jun-gege dan yang lainnya."

Rose lagi - lagi menatap Minghao, "aku harus bicara apa?" Dirinya mengerakan bibirnya tanpa suara.

"Kau sedang aoa sih ge?!" Disebrang sana Chenle sudah berujar dengan kesal karena Minghao seperti mengabaikannya.

"Iyakan saja agar cepat." Minghao memberi tahu. Rose dengan buru - buru mengiyakan ajakan Chenle akan tetapi ternyata Chenle malah ingin berbicara lebih lama, Rose menatap Minghao meminta pertolongan sebelum bahasan Chenle lebih jauh. Minghao sendiri sudah menghela nafas, tau bagaimana seorarang Zhong Chenle. Tak kama mereka berdua mencium sesuatu yang aneh.

"YAK MASAKANNKU!" Minghao dengan cepat mematikan kompor saat air yang ada didalam panci menetes - netes. Rose juga tentu saja ikut panik, dirinya tidak mau dapurnya terbakar lagi seperti sebelumnya.

Mereka berdua bahkan tidak sadar jika sambungan telepon masih terhubung.

"Minghao-ge, kau sedang bersama seorang wanita?

Keduanya terdiam saling tatap saat Chenle bertanya dengan nada yang kelewat terkejut. Rose yang melihat ada kesempatan langsung tersenyum, dirinya mendapatka  ide supaya Chenle mau memutuskan sambungab telepon keduanya.

"Ah Chenle, maaf pacarku ceroboh dan hampir membakar apartement. Aku hubungi nanti ya, aku harus membantu pacarku dulu." Tanpa mendengar balasan dari Chenle langsung saja Rose menutup telepon. Balasan yang diucapkan oleh Rose itu disambut pelototan horror oleh Minghao.

"Kau gila? Chenle akan mencari tahu sampai akarnya, dia tipe orang yang tidak suka dibuat penasaran."

Rose menghela nafas dan duduk dikursi meja makan. "Sudah terlanjur juga, tidak apa - apa lagipula kau juga bilang kepada memberku dan membermu kita berkencan yasudah anggap saja kita impas!"

Minghao memijit pelipisnya. "Jika begini kita tinggal menunggu dipanggil perusahaan dan terpampang diberita."

"Jangan dipikirkan, sekarang bawa makanannya kesini. Aku sudah lapar! menghadapi kenyataan butuh energi yang besar."

TBC

Maaf kalo banyak typo hhe:)

SWITCH ✓Where stories live. Discover now