Chapter 12 : Pujian

399 70 4
                                    

"Ku dengar ada rumor blackpink akan menjadi salah satu line upnya."

Saat ini 97L seventeen memang sedang berada di dorm, tidak ada jadwal.

Mereka bertiga— Dokyeom, Mingyu dan Rosé yang ada ditubuh minghao baru saja selesai memakan masakan Mingyu dan Dokyeom. Rosé harus mengacungkan semua jarinya untuk masakan keduanya. Karena rasanya memang benar - benar lezat.

Apa rosé membantu? Oh tentu saja dirinya membantu menghabiskan semua makanan yang dibuat, karena mereka berdua memasak berbagai macam makanan padahal hanya ada mereka bertiga di dorm ini.

"Dan kau percaya? Ingat mereka dari YG, coba kau ingat - ingat kapan blackpink terakhir kali menghadiri acara akhir tahun dikorea?" Dokyeom menimpali sembari memakan nasi gorengnya.

Rosé hanya mengangguk - ngangguk menyetujui perkataan Dokyeom. Secara tidak langsung rosé sebagai member blackpink mengkonfirmasinya langsung.

"Kau yang cuci piring ya hao!" Dokyeom menepuk pundak rosé kemudian berlalu ke ruang tengah untuk karoke. Rosé sendiri langsung mengernyitkan dahinya. "Kenapa aku?"

"Kau yang makan paling banyak, dan kau juga tidak berkontribusi apa - apa saat memasak tadi." Mingyu menambahkan. Baru saja ingin kembali protes tapi rosé akhirnya tersenyum kecut. "Baiklah, tapi bantu aku mengangkat semua ini ke wastafel."

Butuh waktu lima belas menit untuk rosé menyelesaikan acara mencuci piringnya itu sebelum akhirnya kembali bergabung bersama Mingyu dan Dokyeom yang sedang asyik menonton acara variety show yang menampilkan member dari girlgroup gen 4 sekaligus junior mereka Lee Sserafim.

"Bukan kah kita pernah syuting dengan mereka?" Mingyu bertanya kepada Dokyeom. Dokyeom menggelengkan kelalanya. "Jika kau lupa aku tidak ikut, waktu itu." Mingyu menganggukan kepalanya kemudian beralih menatap Rosé yang baru saja duduk didekatnya.

"Bagaimana menurutmu hao? Apakah ada member le sserafim yang menarik?" Rosé yang ditanya seperti itu sempat terdiam, ingat betapa murkanya minghao saat tahu dia membalas beberapa chat masuk diponselnya. Rose berdehem, bersikap cool layaknya minghao.

"Rosé sudah paling cantik menurutku." Sebenarnya saat ini dia benar - benar ingin tertawa, narsis sekali memuji dirinya sendiri.

Mingyu dan Dokyeom kompak memutar kedua bola matanya tapi tidak menampik rosé memang sudah paket lengkap. "Aku jadi penasaran, bagaiaman awal mulanya sampai kau bisa berkencan dengan rosé." Pertanyaan skak dari mingyu, rosé mencoba memutar otak untuk menjawab pertanyaan itu.

"Jangan kepo." Pada akhirnya hanya itu yang terucap dari bibirnya.

Rosé berdehem, dirinya kemudian menatap Mingyu dan Dokyeom secara bergantian. "Aku penasaran, menurut kalian rosé itu seperti apa?"

Mingyu dan Dokyeom sempat terdiam, seperti sedang berfikir sesuatu. "Menurutku rosé menarik, dia seperti dua kepribadian yang berbeda jika sedang dipanggung dia terlihat garang dan jika bertemu biasa dia cukup mengemaskan."

Diam - diam rosé menahan senyumnya, lagian siapa yang tidak suka dipuji?

"Aku suka sekali mendengar rosé berbicara bahasa inggris, dia terlihat keren." Mingyu menimpali.

"Aku tahu aku sangat keren." Mingyu menatap minghao dengan tatapan julidnya. "Yang dipuji itu kekasihmu, bukan dirimu!"

Rosé yang sadar sedang ada ditubuh minghao kembali berdehem. "Maksudku aku tahu, pacarku memang keren. Begituuu."

Dokyeom hanya menggeleng - gelengkan kepalanya dengan nada heran. "Kau memang aneh akhir - akhir ini hao."

****

"Orang tuaku menyuruhku untuk pulang ke china." Rosé yang sedang asyik menyantap hotpot dihadapannya hampir saja tersedak, minghao buru - buru menyodorkan segelas air yang langsung diterima oleh rosé.

"Yang benar saja, aku tidak bisa berbahasa china!" Rosé tentu saja protes. Minghao memutar kedua bola matanya malas. "Hal ini tidak bisa kita hindari karena aku memang sudah berjanji akan merayakan lunar bersama keluargaku di china tahun ini."

"Apa kau tidak ada tawaran pemotretan atau apa? Ah aku bisa menghubungi anthony untuk membuat satu pemotretan majalah untukmu." Rosé masih berusaha mencari cara, dirinya tidak mungkin pergi ke china dan bertemu keluarga minghao. Hanya dalam hitungan detik saja keluarga minghao akan mengetahui bahwa yang datang bukanlah anaknya.

"Jangan konyol masih ada kurang lebih sepuluh hari lagi, jika kau mau pikirkan cara agar kita bisa kembali ke tubuh kita masing - masing."

Rosé melemaskan bahunya, hotpot dihadapannya sudah tidak terlihat mengiurkan lagi, mood makannya tiba - tiba saja hilang entah kemana.

"Kita sudah mencoba hal paling ekstrem dan itu gagal, apa yang harus kita lakukan supaya bisa kembali ke tubuh kita?" Rosé bertanya entah kepada siapa. Karena minghao juga sama pusingnya dengan rosé.

"Kita harus tahu dulu alasan mengapa kita bisa bertukar tubuh, jika kita tahu alasannya mungkin kita juga akan bisa tahu cara kita untuk kembali."

Rosé mengangguk membenarkan. "Semua ini berawal dari pesta ulang tahun bambam, apa kita harus mengadakan acara ulang tahun bambam lagi?"

Minghao memutar kedua bola matanya malas, entah mengapa pemikiran rosé akhir - akhir ini sangatlah absurd, hingga tidak masuk akal.

"Aku bilang jangan konyol."

"Lalu bagaimana?"

"Entah."

Hening diantara keduanya, sampai tiba - tiba saja rosé menatap minghao dengan tatapan ganjil, tatapan yang membuat minghao seketika was - was.

"Kau mau apa?!" Minghao bertanya dengan pelan.

"Apa kita pergi ke dukun saja ya hao?"

Seketika itu juga minghao langsung menatap datar rosé yang memasang wajah innoncentnya. "Lebih baik sekarang kita pulang, sepertinya kau memang perlu beristirahat."

tbc

SWITCH ✓Where stories live. Discover now