chapter 16 : ketidakpastian

289 73 12
                                    

Rosé mendekat kearah brangkar tempat minghao terbaring, dirinya menatap lamat wajah minghao, tidak ada aneh minghao terlihat sedang tertidur dengan nyenyak, tidak terlihat seperti orang yang sedang koma.

"Xu minghao, apa kau akan terus tidur seperti itu?" Rosé berkata dengan datar, akan tetapi air matanya menetes, entah mengapa hatinya terasa sakit melihat minghao yang terbaring disini. Harusnya urusan mereka selesai saat rosé sudah kembali ketubuhnya, perihal nasib minghao kedepannya kenapa juga dia harus peduli?

Harusnya memang seperti itu bukan? Akan tetapi entah mengapa hatinya tidak bisa seperti itu, dia merasa semua ini salah dia lebih baik ada ditubuh minghao selamanya daripada melihat pemuda itu yang hanya terbaring seperti sekarang ini.

"Kau, sedang bermimpi bertemu siapa? Mengapa sampai tidak mau bangun. Bangun, aku akan bersikap baik jika kau mau bangun." Nada suaranya mulai bergetar tidak lama rosé menelungkupkan wajahnya dilipatan tangan disebelah minghao, rosé kembali menangis.

Pintu ruang rawat terbuka, rosé tidak ingin repot - repot melihat siapa gerangan yang datang, tak lama dirinya merasakan usapan dirambutnya.

"Maaf aku lancang, tapi sepertinya kita harus keluar sekarang."

Rosé mengangkat wajahnya dilihatnya Mingyu ada dihadapannya, menghapus air mata yang tersisa dipipinya rosé bangkit keluar, sebelum benar - benar keluar dirinya kembali menatap minghao yang masih terbaring disana.

****

"Ya, bangun!" Rosé mengernyitkan dahinya dirinya menutup matanya saat dirasa terpapar cahaya yang cukup terang, saat benar - benar membuka matanya rosé terlonjak kaget melihat orang dihadapannya ini.

"Minghao!" Rosé refleks memeluk pemuda itu, minghao membalasnya walau agak ragu.

"Ya, kau menipuku?!" Rosé mengacungkan telunjuknya setelah melepas pelukannya, minghao mengaduh saat tiba - tiba saja mendapatkan pukulan bertubi - tubi dari gadis dihadapannya ini.

"Heii kenapa menangis?" Minghao berkata agak panik saat melihat air mata rosé yang menetes, rosé semakin terisak pukulannya semakin melemah, minghao segera memeluk tubuh gadis itu.

"Kau tau? Aku sangat terkejut saat aku sudah kembali ditubuhku, aku semakin terkejut saat mingyu bilang kau dirawat dirumah sakit. Harusnya aku tidak peduli tapi entah kenapa aku merasakan perasaan sakit saat hanya melihatmu terbaring disana." Rosé menumpahkan segala yang dirasakan.

Minghao hanya terdiam dan tidak menjawab, dirinya malah melontarkan pertanyaan yang membuat rosé tersadar hal yang aneh.

"Bagaimana kau bisa menyusulku kemari?"

Rosé otomatis menatap sekitarnya, tidak ada apapun selain hamparan rumput yang luas. Tidak ada rumah, motor, bahkan orang. Hanya ada mereka berdua disini, benar - benar hanya mereka berdua.

"Minghao, ini dimana?" Rosé bertanya dengan linglung.

Minghao menatap rosé dengan sendu. "Lututmu terluka, apa ini sakit?" Rosé menunduk menatap lututnya yang memang terluka dirinya menggeleng, luka itu memang tidak sakit dan dia tidak akan sadar jika minghao tidak memberi tahunya.

"Naiklah," rosé dengan cepat langsung naik kepunggung minghao, minghao membawanya entah kemana tapi yang pasti rosé tidak akan meningalkan minghao sendiri.

"Kau tahu jalan pulang? Ngomong - ngomong kau belum menjawab pertanyaanku dimana ini."

minghao hanya terdiam, tidak lama kemudian mereka sampai disebuah pintu. Minghao menurunkan rosé kemudian tersenyum.

SWITCH ✓Where stories live. Discover now