chapter 18 : kejujuran

287 67 4
                                    

"Apa kau bercanda? Ini terlihat lucu dimatamu?" Scoups berkata dengan nada cukup tinggi.

Saat ini Jeonghan sedang bersama dengan raga minghao jiwa rosé diruangan minghao.

Yang memergoki dirinya mencium minghao adalah jeonghan, dan disinilah sekarang dia disidang. Rosé pada akhirnya mengaku jika dia bukan minghao melainkan rosé yang terjebak ditubuh minghao. Dan tanpa dia menduga reaksi jeonghan adalah marah seperti tadi.

"Tapi aku memang rosé, aku mengobrol dengannya kemudian saat aku akan pergi aku menciumnya dan sekarang kami bertukar tubuh."

Jeonghan menatap rosé dengan skeptis, dirinya kemudian menghela nafas lelah. Dirinya benar - benar dengan keadaan minghao yang tiba - tiba saja koma, dan sekarang apalagi? Rosé dan minghao bertukar tubuh? Apa ini mungkin.

"Jeonghan-sumbaenim, kau harus membantuku menyelamatkan minghao." Jeonghan mengangkat wajahnya, dirinya mengerutkan keningnya tidak mengerti.

Rosé menarik nafas sebelum akhirnya menjelaskan maksud dari perkataannya. "Jeonghan, saat ini sedang berada di dunia ketidakpastian."

"Dunia ketidakpastian?"

Rosé mengangguk.

"Dia terjebak disana, tidak bisa pulang."

"Tunggu, aku tidak mengerti kenapa dia bisa terjebak disana."

Rosé menunduk, "Sebenarnya ada satu rahasia lagi yang kami sembunyikan, sepertinya dengan aku mengatakannya padamu kau bisa membantu kami."

Jeonghan tidak merespon, dirinya hanya diam menunggu rosé kembali menjelaskan padanya.

"Aku dan minghao sudah bertukar tubuh lebih dari enam bulan." Dirinya sempat melihat mimik terkejut dari jeonghan, tapi jeonghan terlihat menahan untuk memotong penjelasannya.

"Malam pertama kita bertukar tubuh adalah saat pulang dari acara 97L dirumah bambang, itu adalah awal aku berbicara dengan minghao. Entah bagaimana ceritanya saat aku terbangun keesokan paginya aku sudah berada ditubuh minghao."

Rosé tersenyum getir. "Ini sulit bagi kami, apalagi kami tidak ingin mengambil resiko banyak orang tahu bahkan sampai membuat huru - hara untuk fans, media ataupun perusahaan. Itu juga sebabnya kami memutuskan untuk bersikap seperti biasanya, aku yang menjadi minghao dan minghao yang menjadi aku."

Rosé mendongkak, "Kau mengerti sekarang? Kenapa minghao yang ini tidak mau mengambil job di china karena aku tidak bisa berbahasa china, sering dimarahi Hoshi-sumbaenim karena lupa dengan koreo karena aku memang tidak tahu koreonya, alasan karena woozi sumbaenim mengurungku dibilik rekaman karena aku tidak bisa menyanyikan lagu - lagu kalian dengan sempurna. Semuanya sudah jelas karena aku bukan minghao."

Jeonghan seperti ingin mengatakan sesuatu tapi entah mengapa kata - katanya kembali tertelan. "Kami melakukan segala cara agar kami bisa kembali ketubuh masing - masing, bahkan dengan menabrakan diri walau pada akhirnya kecelakaan itu bukanlah disengaja."

"Sejalannya waktu tanpa sadar kami mulai beradaptasi dengan kehidupan masing - masing, bahkan aku juga sudah hafal kelakuan para member seventeen, pelan - pelan akhirnya kami bisa lebih rileks menjalani kehidupan yang tertukar, kesibukan kami juga yang membuat kita tidak bisa pergi mencari cara lain, tapi kami masih sering bertemu satu sama lain."

"Hubungan kalian." Rosé menatap jeonghan dengan tatapan menunggu karena perkataan jeonghan yang cukup mengantung.

"Apa itu juga settingan?" Rosé tidak mengira dari sekian banyak cerita yang dia ceritakan jeonghan malah menanyakan hubungannya dengan minghao. Tapi mau tidak mau rosé mengangguk dengan berat hati. "Ya, kami tidak benar - benar berkencan. Semua ini awalnya hanya untuk menutupi kecurigaan kalian semua, tapi siapa yang menduga jika aku benar - benar jatuh cinta padanya?" Rosé tersenyum miris.

"Malam iru aku sedang berfikir, meyakinkan jika aku benar - benar menyukai minghao sebelum akhirnya tertidur dan paginya tiba - tiba saja aku kembali ke tubuh asliku."

"Awalnya aku bingung, aku semakin bingung saat mendapati mingyu menelponku dan mengabari jika minghao dilarikan kerumah sakit, detik itu juga aku merasa duniaku jatuh. Aku tidak mengerti tapi aku semakin yakin jika aku mencintai minghao, melihatnya hanya seperti tertidur membuat aku sakit."

"Dan aku bertemu dia di dunia ketidakpastian, minghao membual soal umurnya yang tidak lama dan meminta menukar kembali jiwa mereka karena tidak ingin jiwaku meningal diraganya, bukankah itu konyol?"

"Aku sudah ingin membawanya pulang, tapi pada akhirnya hanya aku yang kembali pulang. Minghao mengingkari janjinya.

"Rasanya hidupku semakin dipermainkan saat aku tiba - tiba kembali keraga ini."

"Kau bertemu dengan minghao saat tiba - tiba pingsan tidak sadarkan diri setelah melihat minghao pertama kali?" Pertanyaan dari jeonghan disambut anggukan dari rosé.

Jeonghan terlihat memijit keningnya, dia tidak mengira akan menjalani kehidupan yang seperti ini, jika didengarkan lagi cerita yang diceritakan oleh rosé barusan terlihat tidak masuk akal dan bisa dicerna oleh otak waras manusia, tapi melihat bagaimana cara rosé menceritakan semua kejadian dengan detail mau tidak mau jeonghan harus mempercainya.

"Jadi bagaimana cara aku agar bisa membantu kalian? Jika aku pikir - pikir lagi hal ini tidak akan bisa disembuhkan dengan medis bukan?"

Rosé mengangguk.

"Aku akan menceritakan ini kepada beberapa member seventeen, kau jelaskan juga pada membermu. Untuk saat ini lebih baik kau beristirahat disini, aku akan memesan ranjang tambahan. Akan sangat merepotkan jika orang - orang tahu minghao sudah sadar dan rosé yang koma."

Rosé menurut, dirinya kembali duduk disofa sembari menatap tubuhnya yang saat ini berbaring diranjang, sementara jeonghan keluar untuk urusannya rosé memilih ikut menaiki brankar dan tidur dengan memeluk tubuhnya sendiri.

Yang dia harapkan saat ini hanyalah besok saat terbangun semua ini hanya mimpi dan dia bisa mendengar suara minghao yang menyapanya dipagi hari.

"Selamat malam, semoga semua ini segera menemukan jalan keluarnya." Setelahnya rosé mengecup kening raganya dan tidur dengan posisi memeluk tubuhnya.

Tbc

SWITCH ✓Where stories live. Discover now